Tag Archives: Kisah Nelayan

Sambungan 1 .. PANEN LADA PERTAMA >>>>

IBU KAMI BERJIWA PETANI TULEN

….BAPAK … NELAYAN SEJATI

Wah…. sorry bangat … tulisan ini agak lama tidak tersentuh … maklum ada  kesibukan-kesibukan yang membuatnya (tulisan ini) sdikit terbengkalai …. entah seminggu atau bahkan sudah lebih dari sepuluh hari .. dari tulisan terakhir, baru sempat lagi melanjutkan tulisan ini.

Secuil gambaran kondisi kehidupan masyarakat dikampung kami sempat penulis sampaikan, sebenarnya gambaran tersebut tidak mewakili keseluruhan Kehidupan Sosial Masyarakat Pulau Belitong, gambaran tersebut semata berdasarkan apa yang terlihat dan teralami sendiri oleh penulis. Selain musim Barat (angin laut yang menimbulkan gelombang besar) sehingga nelayan tidak banyak yang berani melaut… sekalipun melaut mereka hanya melaut dipinggiran saja, tidak ada yang berani melaut sampai keluar teluk disekitar perkampungan. Jika biasanya mereka melaut cukup jauh meninggalkan pulau — tentu hasilnya pun lumayan juga … ikan-ikan yang diambil biasanya ikan-ikan tertentu dengan ukuran-ukuran yang istimewa sementara dimusim angin barat … ikan-ikan kecil yang biasanya tidak disentuh, sekarang …. mereka bisa jadi rebutan, maksudnya nelayan-nelayan dikampung kami tidak akan membiarkan  ikan-ikan kecil sekalipun, mereka akan menangkapnya bukan semata untuk kebutuhan makan sehari-hari bahkan kegiatan itu menjadi matapencaharian, terutam bagi merekayang memang tidak memiliki alternatif untuk menyokong kehidupan rumah tangganya.

Mancing bejaoran, mukat, neritip, ngenderik, mancing bebulus adalah jenis-jenis aktifitas nelayan kampung kami dimusim angin barat. Waktu berumur antara sembilan dan sepuluh dulu, berama sahabat-sahabat; Sukanda (alm) — saya sering sekali memafaatkan moment musim angin barat ini untuk bersuka ria .. kami sering menikmati kencangnya angin dan besarnya ombak sambil memukat ketam (kepiting rajungan bahasa kerennya) terutama diwaktu liburan sekolah atau kadang selepas pulang sekolah sampai menjelang magrib. Sungguh kegiatan serupa ini akan senantiasa jadi kenangan terindah, terutama dari setiap kali mukat ketam ini kami tidak pernah mendapat hasil memuaskan. paling-paling lima sampai sepuluh ekor … itupun kalo hokinya sedang in… tapi saat hoki kami sedang resek … dapat seekor saja rasanya sudah luar biasa. hanya saja kesenangan yang kami dapat tidak terukur dari berapa banyak hasil memukat ketam yang kami bawa pulang. Berenang sambil berteriak-teriak, membelah ombak yang tingginya bisa menenggelamkan menjadi kesenangan yang tidak bisa terganti oleh apapun.

Sebagai anak-anak yang tinggal diperkampungan nelayan … bermain dengan ombak bukan soal yang aneh .. bagi sebagian kegiatan serupa ini adalah kehidupan mereka …. berbeda dengan kami-kami … maklum orang tua kami baik Ibu (Umak) maupun Bapak nampaknya … mereka sangat tidak menginginkan kami menjadi pelanjut profesi mereka, maka mereka sekolahkan kami …. walau tidak pernah mereka  cetus secara terbuka … rasanya asumsi tadi tidak terlalu meleset,…. saya meresakan sendiri, tidak banyak  aktifitas kenelayanan yang biasa dilakukan Bapak kami yang dia tularkan agar kami kelak mampu meneruskan kemampuan-kemampuan khusus yang mereka miliki. Sungguh, saya merasa sangat awam sekali dengan profesi Bapak kami, sekali-sekali saya disertakan melaut, tapi sampai ditengah lautan saya tidak pernah bisa melawan rasa kantuk yang mendera kelopak mata, belum sempat menjulurkan umpan pada tali pancing — mata dan tubuh sudah meminta sesuatu … tidur adalah jawabannya, ikut Bapak melaut = pindah tempat tidur. Apalagi diatas perahu suasananya begitu menakjubkan, perahu diayun oleh ombak sementara taburan ribuan bintang menjadi atapnya … indah bukan?? Sungguh memanjakan… tidur nyenyak…pulas … baru dibangunkan pagi-pagi ketika Bapak sudah siap-siap pulang.

Sebagai seorang anak yang tinggal diperkampungan nelayan …. rasanya tidak pas kalau tidak memiliki satu kenangan indah pada masa kanak-kanak selayaknya yang dimiliki anak-anak lain di kampung kami. Mukat ketam yang kami lakukan seusai sekolah … walau kadang tanpa izin orang tua … merupakan petualangan kecil kami sebagai anak-anak nelayan. Seperti dikemukakan tadi, bukan hasil yang jadi tujuan kami, kesenangan bermain ombak nampaknya jadi naluri mengalir dalam darah kami sebagai anak nelayan.

Mancing bejaoran adalah kesenangan lain, dan Zuno (Suyono) jagonya. Teman yang satu ini sangat handal …. kalau saya mancing barengan dia …. bisa dipastikan dia dapat seambong (sebutan untuk wadah penampung hasil pancingan) dan saya dapat sebuntut (maksudnya buntut ambong itu tidak pernah hilang) masalahnya saya tidak bisa menyaingi perolehan Zuno. Mancing bejaoran biasanya kami lakukan kalau air laut surut jauh meninggalkan landasan pantai, biasanya bisa sampai dua sampai tiga ratus meter dari bibir pantai sampai ketebing karang laut yang menjadi pemecah ombak sebelum menyentuh pantai. Jika tidak mancing bejaoran kami bersama sejumlah keluarga nelayan lainnya, mengumpulkan kimak, kimpang, dare malayang atau nyarik pensian (sejenis moluska dengan bentuk menyerupai tiram mutiara)… mengasyikkan.